Capai 18 Persen

 Tren Obesitas di Indonesia Alami Kenaikan 

Ilustrasi obesitas

JAKARTA--(KIBLATRIAU.COM)-- Saat ini, masalah obesitas atau kegemukan di Indonesia mengalami kenaikan. Ketua Pergizi Pangan Indonesia Hardiansyah mengatakan kenaikan masalah obesitas mencapai 18 persen."Kalau di Indonesia gemukan itu (mencapai) 18 persen. Kalau Australia sampai hampir 50 persen. (Tapi Indonesia) iya trennya naik kita harus cegah daripada nanti kayak Australia dan Amerika sulit. Itu kalau yang kita hitung usia remaja ke atas. Kalau di balita ada sekitar 10 persen," kata Hardiansyah saat ditemui di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Ahad (4/8). Dia menjelaskan, isu soal obesitas makin berkembang di kawasan Asia. Namun, kenaikan tren obesitas di Indonesia tidak separah negara-negara di Asia lain semisal saja Malaysia. "Negara yang agak mampu bisa menahan pelan kenaikannya itu (Obesitas) dua, Korea dan Jepang. Makannya kita perlu sharing," jelasnya.

Di Jepang, masalah obesitas bisa ditekan karena masyarakatnya gemar memanfaatkan transportasi umum dalam beraktivitas. Mereka hampir tiap hari berjalan kaki kemudian berlanjut naik transportasi umum. "Lihat di Jepang orang turun ke bawah ke stasiun itu jalan naik tangga lagi. Tidak seperti mobil nganter ke (depan) rumah," ucap dia. Berbeda di Indonesia, kata Hardiansyah, sejak kecil saja anak-anak sudah dibiasakan malas bergerak. Contohnya, jasa antar jemput anak-anak sekolah. Masalah lainnya, desain tata kota. Faktor desain tata kota yang kurang mendukung terkadang membuat masyarakat malas berolahraga. Kemajuan teknologi transportasi seperti kemudahan jasa pesan antar juga dapat memicu masalah obesitas.

"Sekarang juga era digital semua bisa di pesan ke rumah. Makanan saja sudah tiba di rumah. Ketika perjalanan baru melangkah sudah naik kendaraan, jadi orang kurang berjalan. Membangun mal jauhin dari parkiran biar orang jalan ke mal-nya. Jangan dibawah mal, itu sudah parkir terus ada lift lagi," ujarnya.Dia melanjutkan, masyarakat perkotaan golongan menengah ke bawah cenderung lebih rentan terkena obesitas. Sementara, dia memprediksi populasi masyarakat yang masuk golongan tersebut berada di kisaran 60-80 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. "Masyarakat perkotaan, terutama golongan menengah ke bawah paling rentan. Kalau golongan menengah ke atas dia biasanya terdidik. Dia tahu, sekali gemuk kolosterol tinggi dia langsung ke dokter, langsung ke ahli gizi dan diatur makanan dan mulai taat," ujarnya.Hardiansyah menjabarkan penyebab obesitas, di antaranya makanan, kurang aktivitas, durasi tidur, tingkat stres dan pola pikir. "Karena orang tidak akan tidak bisa merubah perilaku makannya kalau pikiran dan perasaan tidak dikelola dengan baik," ujarnya.

Sementara, lanjut dia, risiko obesitas di masa tua mengancam masyarakat seperti hipertensi, diabetes, serangan jantung, ginjal hingga paru-paru. "Kalau gemuk itu, apalagi di bagian tengah (Perut). Itu sangat berisiko timbunan lemak pada organ yang penting. Di situ ada jantung, ada ginjal, ada paru-paru. Di mana lemak tengah itu banyak ada racun-racun di bagian itu. Itu akan merusak dan membuat inflamasi namanya radang," ujarnya. "Kalau itu bertahun-tahun gampang gulanya naik, gampang kolesterolnya naik, gampang tekanan darahnya naik. Tiga paket tadi, hipertensi, gula tinggi, iperkolesterol dan tidak lama lagi diabet. Kalau udah luka tidak sembuh, tidak lama lagi mulai serangan jantung atau pecah pembuluh darah," sambung dia.(Net/Hen)
 


Berita Lainnya...

Tulis Komentar